Blogger Templates

Rabu, 14 Desember 2011

JALAN-JALAN YUKKKKKK!



KOTA  Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini sebelumnya disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya pernah juga dijuluki sebagai Paris van Sumatra selain kota Medan, dan kota Bukittinggi juga pernah menjadi ibu kota negara Indonesia.

Kota ini merupakan kota kelahiran salah seorang Proklamator RI yaitu Bung Hatta, disebut juga sebagai kota pusaka dengan Jam Gadang, yaitu sebuah landmark di ketinggian jantung kota, berbentuk jam besar mirip Big Ben, sekaligus menjadi simbol bagi kota yang juga berada pada tepi sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok.

Selain itu kota Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara (sister city) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia.

Selain itu juga mempunyai tempat terindah. Nah Ini tempat yang anda harus sambangi:

Jam Gadang
Jam Gadang adalah sebutan bagi sebuah menara jam yang terletak di jantung Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Jam Gadang adalah sebutan yang diberikan masyarakat Minangkabau kepada bangunan menara jam itu, karena memang menara itu mempunyai jam yang "gadang", atau "jam yang besar" (jam gadang=jam besar; "gadang" berarti besar dalam bahasa Minangkabau).

Sedemikian fenomenalnya bangunan menara jam bernama Jam Gadang itu pada waktu dibangun, sehingga sejak berdirinya Jam Gadang telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan penanda atau markah tanah Kota Bukittinggi dan juga sebagai salah satu ikon provinsi Sumatera Barat.

Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controleur (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dulu. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.

Denah dasar (bangunan tapak berikut tangga yang menghadap ke arah Pasar Atas) dari Jam Gadang ini adalah 13x4 meter, sedangkan tingginya 26 meter.

Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.

Menara jam ini telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk pada bagian puncaknya. Pada awalnya puncak menara jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Saat masuk menjajah Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mengubah puncak itu menjadi berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.

Pembangunan Jam Gadang ini konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang ini sebagai markah tanah yang sekaligus menjadi lambang atau ikon Kota Bukittinggi. Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol Kota Bukittinggi.

Ada satu keunikan dari angka-angka Romawi pada muka Jam Gadang ini. Bila penulisan angka Romawi biasanya mencantumkan simbol "IV" untuk melambangkan angka empat romawi, maka Jam Gadang ini bertuliskan angka empat romawi dengan simbol "IIII" (umumnya IV).

Ngarai Sianok
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi.

Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.

Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.

Lobang Jepang
Lobang Jepang merupakan salah satu objek pelancongan yang ada dalam Kota Bukittinggi dan merupakan peninggalan sejarah dari kependudukan Jepang selama berada di Bukittinggi.

Karena Bukittinggi yang sangat strategis, terletak di tengah - tengah Pulau Sumatera, maka penjajah Jepang menetapkan Kota Bukittinggi sebagai Pusat Komando Pertahanan Tentara Jepang di Sumatera (Seiko Sikikan Kakka) yang dipimpin oleh Jenderal Watanabe.

Sebagai kubu pertahanan militer bagi Jepang dibuatlah terowongan dibawah jantung kota Bukittinggi, disamping berfungsi sebagai pertahanan juga dipersiapkan sebagai penyimpan amunisi, barak, ruang makan, rumah sakit, ruang sidang dan dapur, yang jumlah keseluruhan ruangan 27 buah dan merupakan satu komplek lengkap, seperti denah yang dapat dilihat pada dinding pintu masuk.

Panjang lobang yang terdapat dilokasi Panorama ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah Kota Bukittinggi diperkirakan lebih kurang sekitar 5000 meter, dengan demikian yang terawat/terpelihara baru 30% dari lobang yang ada.

Kegunaan utama dari Lobang Jepang ini adalah sebagai basis pertahanan militer penjajah Jepang dari serangan Sekutu maka pembangunannya sangat dirahasiakan, dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan lobang jepang ini mulai dibangun. Hanya dapat diperkirakan beberapa bulan sesudah Maret 1942, saat Jepang merebut Kota Bukittinggi dari tangan Pemerintah Belanda.

Tenaga kerja kasar untuk mengali Lobang ini diambil dari orang - orang Indonesia yang ditangkap dari daerah lain, seperti dari pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera Selatan dan lain sebagainya, sedangkan hasil tangkapan dari Bukittinggi sendiri di bawa pula ke daetrah lain untuk dipekerja paksakan pula pada proyek - proyek lainnya, seperti le Loge untuk m,embuat jalan kereta api yang akan menghubungkan Muaro Sijunjung dengan Pekanbaru Riau. Namun pekerjaan ini tidak kunjung slesai, karena Jepang keburu kalah ditangan tentara Sekutu.


Tenaga teknis dalam pembangunan Lobang ini diambilkan dari orang - orang Indonesia yang bekerja di Tambang Batu bara Ombilin Sawahlunto yang berasal dari pulau Jawa.

Semua tenaga kerja kasar tidak sati orangpun yang dapat menyelamatkan diri, semuanya meningal disebabkan kekurangan makanan dan siksaan dari tentara Jepang. sehingga kerahasiaan Lobang tetap terpelihara.

Sekalipun Lobang ini dapat diselesaikan, namun belum sempat dimanfaatkan secara sempurna, karena Jepang keburu bertekuk lutut kepada tentara Sekutu akibat Dua Buah Atom yang dijatuhkan Tentara Sekutu di Kota Nagasaki dan Hirosima pada tanggal 7 dan 8 Agustus 1945, dan berlanjut dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno - Hatta.

Saat ini Lobang Jepang ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik Mancanegara maupun Nusantara dan merupakan objek wisata favorite di Bukittinggi dan bahkan Sumatera Barat.

Kondisi dalam terowongan
Dari pintu gerbang, kita menurunbi anak tangga sebanyak 135 buah, apabila anak tangga ini tingginya rata - rata 20 cm, dengan demikian 135 anak tangga berarti kita telah turun setinggi 27 M. jika kita bandingkan lagi tempat kita berdiri sekarang dengan jalan yang ada diatas kita, mempunyai perbedaan tinggi lebih kurang 5 M. dari perhitungan ini diketahuilah bahwa dasar Lobang berkisar antara 30 sampai 40 M dari permukaan tanah. Kedalaman ini sudah cukup aman dinilai oleh Jepang terhadap serangan udara dari Tentara Sekutu.
(uky)

NASI KAPAU YANG MENGGODA SELERA


Sebuah catatan  perjalanan kuliner ke Bukittinggi, Sumatra Barat akhir Oktober 2010 lalu. Untuk kesekian kalinya saya mengunjungi kota ini namun tidak akan melupakan ritual mengunjungi kedai makanan khas Bukittinggi yaitu Nasi Kapau di pasar Bukittinggi. Padahal waktu itu paket wisata yang saya kemas sudah  lengkap dengan hotel, transportasi, wisata dan tentunya makan di restauran terbaik di Bukittingi. Tetapi tak  rugi merelakan jatah makan siang di tempat yang sudah dipesan sebelumnya untuk dapat merasakan kembali cita-rasa khas Kapau di tempat aslinya .
Kedai Nasi Kapau di Pasar Bawah Bukittinggi ( private collection )
Kedai Nasi Kapau di Pasar Bawah Bukittinggi ( private collection )
Setelah city tour Bukittinggi setelah mengunjungi Ngarai Sianok dan Benteng,program yang tidak kalah menarik adalah berbelanja di Pasar Atas Bukittinggi persis menghadap Jam Gadang sebagai landmark kota. Tak banyak wisatawan yang tahu bahwa dibelakang Pasar Atas ada Pasar Bawah. Maklum Pasar Atas terkenal karena lebih banyak menjual produk tekstil bermotif songket dan  sulaman khas Minang. Sedangkan Pasar Bawah lebih banyak menjual kebutuhan penduduk setempat seperti bahan makanan, sehingga tidak terlalu banyak dikunjungi wisatawan.


Kuliner yang terkenal di Pasar Bawah adalah Nasi Kapau. Di sini terdapat beberapa kedai Nasi Kapau. Kedai-kedai  menyajikan  makanan lengkap dengan lauk pauk khas dari Nagari ( setingkat Desa ) Kapau tidak jauh dari  Kota Bukittinggi. Penduduk Nagari Kapau memang memiliki keahlian khusus dalam memasak lauk pauk rasa khas yang sedap. Tentu dengan rempah-rempah  khusus dengan takaran tertentu yang selalu dirahasiakan oleh masing-masing pemilik kedai. Dengan cara merahasiakan bumbu, takaran dan cara memasak inilah lauk pauk khas  Kapau selalu terjaga dan sulit ditiru bahkan oleh masyarakat Minangakabau sekalipun apabila mereka bukan warga Nagari Kapau.

Olahan yang biasa disajikan antara lain Gulai Nangka Muda, Gulai Daging Cincang, Gulai Ikan, Kikil, Dendeng Daging, dan Sayur-mayur seperti campuran kol, Rebung Muda,  Kacang Panjang dan Kadang ada Sayur Pakis  yang kenal berlumur bumbu rempah. Bagi kami orang awam, selain rasa makanan yang lebih sedap, masakan Kapau biasanya terlihat lebih berlumur bumbu rempah dan lebih kental. Tapi itulah yang menimbulkan rasa sedap dan gurih bila dibanding masakan Minang pada umumnya. Bisa dibilang sejenis tapi tak sama dengan masakan Minang lainnya, bersantai, banyak macam rempah, tak lupa ciri khas Minang adalah rasa lebih  pedas bila dibanding masakan daerah-daerah di Pulau Jawa.
Hal lain yang menarik adalah cara memajang makanan dibuat mudah dilihat pengunjung. Semua olahan makanan dengan jumlah dapat mencapai 20 jenis pilihan ditempatkan wadah besar kemudian disusun mengelilingi pedagangnya. Sampai-sampai diperlukan sendok lauk bertangkai panjang karena banyaknya sajian sehingga letaknya tak terjangkau sendok biasa. Begitu kita pesan satu piring Nasi, meskipun hanya memesan dengan satu jenis lauk dan satu jenis sayur, pedagang akan selalu menambahkan beberapa bumbu atau potongan kecil dari jenis lauk lain misal bumbu rendang atau remah gulai daging. Inilah bonus untuk dapat mencicipi masakan lain meskipun hanya diberi  seujung sendok dari setiap olahan.
Cara unik lainnya untuk menikmati Nasi Kapau adalah tidak disajikan di piring dan dimakan ditempat, tetapi pesan secara rames dibungkus kemudian disantap kemudian setelah sampai di hotel. Nasi Kapau yang dirames akan tercampur dengan berbagai bumbu akan semakin terasa nikmat karena bumbu-bumbu sebagian sudah meresap ke sebagian nasi yang kita santap.
Bicara harga, tentu tidak akan semahal makan di restauran besar di Bukitinggi. Kisaran harga sama seperti makan di kedai Nasi Padang di Jakarta antara Rp. 15,000 - 20,000 tergantung lauk yang kita santap.

Jumat, 09 Desember 2011



BATAGAK PANGULU






Batagak Pangulu merupakan upacara adat Minangkabau Untuk menngankat pinpinan sebuah suku .yang diadakan besar-besaran Yang dengan memotong kerbau. Pada dasarnya  Minang kabau sukunya berdasarkan garis keturunan  Ibu itu lah sebab nya Minangkabau sering disebut Adanya Istilah Bundo kanduang (Bunda Kanduang).Untuk setiap anak kepada Paman nya yang samasuku biasanya di panggil dengan Mamak.Mamak bisa jadi dari Saudara  Ibu /mama. Misalkan Mama kita punya saudara laki ‘Maka anaknya bisa memanggilnya ‘dengan sebutan Mamak. Sedangkan Istilah Pangulu adalah merupakan pinpinan dari satu suku yang sama. dalam  Pengangkatan nya biasa nya diadakan pesta. dengan sebutan BATAGAK PANGULU. Artinya   acara pengangkatan Pangulu (Kepala Adat) yang dihadiri oleh beberapa suku ,serta perangkat pemerintahan seperti wali jorong (Kepala Desa), seterusnya wali nagari,Bahkan pejabat pemerintahan Bupati.lama nya acara perhelatan pangulu ini minimal 3 hari atau bahkan 7 hari. Seru bukan..’.”disana kita dapat melihat antraksi Adat yang biasa di sebut Tarian Randai ,Silat , yang lebih serunya acara bararak maksudnya atau jalan -jalan mengelilingi desa menggunakan Bendi ( Delman)…

Senin, 21 November 2011

BUKITTINGGI KAMPUANG AWAG



BUKITTINGGI
Bukittinggi is one city in the province of West Sumatra , Indonesia . The city was previously known as Fort de Kock and the former had also dubbed as Parijs van besides Sumatra city of Medan , [4] and the town of Bukittinggi was also the capital of Indonesia.
Kota ini merupakan kota kelahiran salah seorang Proklamator RI yaitu Bung Hatta , disebut juga sebagai kota pusaka [5] dengan Jam Gadang , yaitu sebuah landmark di ketinggian jantung kota, berbentuk jam besar mirip Big Ben , sekaligus menjadi simbol bagi kota yang juga berada pada tepi sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok . The city is the hometown of one of the Proclaimers RI Bung Hatta , also known as city heritage [5] with the Clock Tower , a landmark in the heart of the height, shaped like a big clock Big Ben , as well as a symbol for the city which is also located on the edge a valley called Canyon Sianok .
Selain itu kota Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk, dan bersaudara ( sister city ) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia Besides the town of Bukittinggi is also famous as a tourist city that cool air, and siblings (sister city) in Seremban from Negeri Sembilan in Malaysia
Pembangunan kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan bagi kota Bukittinggi, banyaknya objek wisata yang menarik, menjadikan kota ini dijuluki juga sebagai "kota wisata". The development of tourism is one of the leading sectors for the city of Bukittinggi, the many interesting attractions, make this city dubbed as the "city tour". Saat ini di kota Bukittinggi telah terdapat sekitar 60 hotel dan 15 biro perjalanan. [30] Hotel-hotel yang terdapat di kota Bukittinggi antara lain The Hills (sebelumnya Novotel ), Hotel Pusako dan sebagainya. Currently in the town of Bukittinggi has been there about 60 hotels and 15 travel agencies. [30] Hotels located in the town of Bukittinggi, among others, The Hills (formerly Novotel ), Hotel Pusako and so on.

Lembah Ngarai Sianok merupakan salah satu objek wisata utama. Valley Sianok canyon is one of the main attractions. Taman Panorama yang terletak di dalam kota Bukittinggi memungkinkan wisatawan untuk melihat keindahan pemandangan Ngarai Sianok. Panorama Park is located in the town of Bukittinggi allow tourists to see the beautiful scenery Sianok canyon. Di dalam Taman Panorama juga terdapat gua bekas persembunyian tentara Jepang sewaktu Perang Dunia II yang disebut sebagai Lubang Jepang Bukittinggi . Inside the park there is also a cave Panorama former soldiers hiding the Japanese during World War II is referred to as Japan's Hole Bukittinggi .

Di Taman Bundo Kanduang terdapat replika Rumah Gadang yang berfungsi sebagai museum kebudayaan Minangkabau , Kebun Binatang Bukittinggi dan benteng Fort de Kock yang dihubungkan oleh jembatan penyeberangan yang disebut Jembatan Limpapeh . In the park there is a replica Kanduang Bundo Tower House which serves as a museum culture of Minangkabau , Bukittinggi Zoo and castle Fort de Kock is connected by a pedestrian bridge called the Bridge Limpapeh . Jembatan penyeberangan Limpapeh berada di atas Jalan A. Limpapeh pedestrian bridge above the road A. Yani yang merupakan jalan utama di kota Bukittinggi. Yani which is the main street in the town of Bukittinggi.
Pasar Ateh (pasas atas) berada berdekatan dengan Jam Gadang yang merupakan pusat keramaian kota. Market Ateh (pasas above) are adjacent to the Clock Tower which is the center of the city.  

Di dalam Pasar Ateh terdapat banyak penjual kerajinan tangan dan bordir [31] serta makanan kecil oleh-oleh khas Sumatera Barat seperti Karupuak Sanjai (keripik singkong ala daerah Sanjai di Bukittinggi) yang terbuat dari singkong, Karupuak Jangek yang dibuat dari bahan kulit sapi atau kerbau dan Karak Kaliang , sejenis makanan kecil khas Bukittinggi yang berbentuk seperti angka 8. In the market there are many sellers Ateh handicrafts and embroidery [31] as well as snacks souvenirs typical of West Sumatra as Karupuak Sanjai (cassava chips ala Sanjai area in London) is made ​​from cassava, Karupuak Jangek made ​​from cow or buffalo leather and Karak Kaliang , a kind typical of Bukittinggi snacks shaped like a figure 8. Saat ini juga telah dibangun beberapa pusat perbelanjaan modern di kota Bukittinggi. Currently, he also has built several modern shopping centers in the city of Bukittinggi.